Kamis, September 29, 2011

Jangan sebut aku gayus,...

Sudah lebih dari setahun kasus gayus muncul, tiba-tiba ada yang keluar dari chat di facebook berbunyi “halo gayus...”. Deg! Apa karena aku lulusan STAN dan aq layak disebut gayus? Aku di sini berusaha untuk tidak menjadi seperti gayus, memang banyak godaan di sini terutama ajakan makan dari rekanan, tapi aku sekuat mungkin menolaknya karena aku tau diajak makan pun termasuk gratifikasi.

Di kampusku dulu, kami benar-benar diajarkan untuk tidak korupsi, bahkan untuk urusan mencontek saat ujian adalah sebuah tindakan yang sangat tidak terpuji di kampusku dulu. Sudah banyak tersangka dalam kasus mencontek yang dikeluarkan dari kampus STAN. Kami menganggap mencontek adalah tindakan korupsi juga, karena nilai yang kami dapat, kami peroleh dengan melanggar tata terbit, nilai itu bukan hak kami kalau mencontek. Ada lagi kasus dimana seorang mahasiswa yang dikelaurkan gara-gara ketahuan punya keinginan korupsi, bahkan keinginan saja bisa membuat mahasiswa di sini di DO, semua momok yang kami takuti di kampus Ali Wardhana ini.

Ketika kamu diberi uang 2juta oleh salah seoarang pemasok di kantormu, apakah kamu akan menerima uang itu? Rekanan ikhlas memberinya kepadamu sebagai ucapan terima kasih, tanpa syarat lagi. Di sini, itulah korupsi, di tempatmu paling dianggap ayng wajar, tapi itu korupsi. Korupsi, ketika kamu menerima baik barang ataupun uang ataupun sesuatu yang lain yang bisa dinilai dengan uang sehubungan dengan pekerjaan yang kamu lakukan dan kamu telah dibayar oleh atasanmu untuk melakukan pekerjaan itu, itulah korupsi.

Korupsi, ketika kamu melanggar hak orang lain atau mengambil hak orang lain, itulah korupsi. Ketika kamu melanggar lampu lalu lintas, kamu mengambil hak orang lain untuk melintas. Ketika kamu menerobos antrian, kamu juga mengambil hak orang lain untuk melakukan sesuatu terlebih dahulu. Ketika kamu mencontek dan dapat hasil lebih bagus dari pada tidak mencontek, kamu telah mnegambil hak orang lain yang bekerja keras demi sebuah nilai. Apa kamu pernah melakukan salah satunya?

Aku di sini bekerja keras untuk menjadi lebih baik, menjadi orang yang taat hukum. Kamu g tau rasanya berhenti di lampu lalu lintas yang berwarna merah kemudian dari belakang ditubruk orang atau diteriaki dan dikalkson orang, aku berusaha menaat lampu lalu lintas waktu itu, tapi itu menyakitkan.

Aku bukan gayus, walaupun aku lulus di kampus yang sama, aku berusaha mentaati aturan di sini, mencoba membangun kepercayaan, mencoba menjadi lebih baik, mencoba apa yang terbaik menurutku.

Aku mohon, jangan panggil aku gayus, itu menyakitkan teman.

Selasa, September 27, 2011

quotes sesat

"menyerah itu lebih baik dari pada kamu jalan terus dan berakhir dengan kegagalan..."
#wahyu zulianto

Selasa, September 20, 2011

Jangan melihat gajah terlalu dekat...!!!eergh


           Seseorang, entah siapa, pernah melontarkan peribahasa yang menurut saya sangat super benar sekali, tidak bisa saya bantah dengan akal pikiran walaupun saya sudah berpikir keras untuk membantahnya dan akhirnya saya menyerah untuk memikirkannya dan tiba-tiba saya teringat dengan peribahasa tersebut, hari ini dikantor saya yang tentu saja libur (21/05/2011).
Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, semut di seberang lautan nampak. Begitulah kira-kira bunyinya, kalau saya tidak salah mendengar waktu itu. Maklum, ingatan saya sedikit lemot karena kepala saya sering saya tepok kalau ada nyamuk hinggap di jidat saya.
           Oke, mari ke topik pembicaraan, Kenapa gajah tidak kelihatan walaupun di pelupuk mata? Saya teringat lagi waktu menulis ini, sebuah cerita tua, entah kapan cerita ini dibuat. Seorang buta disuruh memegang belalai gajah dan dia disuruh mendeskripsikan (maaf kalau salah tulisannya, kata itu dah sulit diucapkan, sulit pula ditulis) bagaimana bentuk gajah itu dan dia berkata, “seperti ular bentuk gajah itu”. Ya, emang seperti ular namun belalainya.
Andai saja gajah itu kecil, si buta tentu saja bisa meraba bagaimana bentuk gajah dalam sekali raba, namun apadaya, berkat rumput (saya tidak tau pasti apakah gajah makan rumput atau tidak) dan daun-daunan yang banyak, gajah mampu tumbuh besar dan hanya sebagian kecil yang dapat diraba oleh si buta tadi.
         Yak, besar dan mata kita tidak mampu melihat seekor gajah kalau dia terlalu dekat di mata kita. Jika kamu melihat gajah terlalu dekat, kamu hampir dipastikan tidak akan melihat gajah itu secara utuh, mungkin saja kamu akan melihat telinganya saja atau belalainya saja atau malah cuma kakinya yang gede’ itu. Jadi, jangan melihat gajah terlalu dekat dan nikmati sosok gajah dari jarak yang cukup ideal agar kita bisa menangkap sosok gajah tersebut. Dan saya kira, seekor gajah yang besar itu belum pernah melihat ekornya sendiri.
           Begitulah dengan diri kita, karena kita yang lebih dekat dengan diri kita, jarang sekali kita bisa melihat diri kita secara utuh. Kita sering menilai bahwa diri kita sudah baik, sudah benar dan lain-lain. Kita butuh orang lain untuk menerangkan bagaimana kita ini sebenarnya, bagaimana kelakuan kita, sopan santun kita dan wajah kita. Jadi, terimalah kritikan dan pujian dengan lapang dada, mungkin saja apa yang mereka katakan tentang kita adalah sebuah kebenaran dan kita bisa menjadi itu bahan perbaikan untuk kita. Dan seuah khayalan konyl saya tumbuh, andai saja gajah bisa berbicara dan bertanya bagaimana bentuknya, dia bakalan diet besar-besaran.
Tetaplah belajar untuk memperbaiki diri dan berharaplah masih ada esok pagi.

Senin, September 19, 2011

cinta, antara mengejar dan menunggu..

mungkin anda orang yang sombong seperti saya, ketika keangguhan anda dan tentu saja keangkuhan saya sendiri mengatakan bahwa cinta itu tidak ada.
dahulu kala, setelah saya putus dengan pacar pertama saya, otak saya yang paling dalam mengatakan bahwa apa yang saya katakan dahulu terutama kata tentang cinta, sayang, hidup semati, setia dan lainnya adalah sebuah kebohongan saya yang terbesar yang saya pernah katakan.
saya dulu sangat menjunjung tinggi kejujuran, kejujuran ini semakin baik ketika saya kuliah di sebuah perguruan tinggi kedinasan di daerah Bintaro di mana saya dididik untuk tidak mencontek, kami diajarkan untuk jujur pada diri sendiri, bahkan waktu itu, untuk melirik jawaban ujian teman adalah sebuah hal yang memalukan bagi hati saya.
hal ini yang membuat saya tidak percaya cinta lagi, sampai suatu saat saya menemukan cewek yang asyik diajak ngobrol dan jalan. dan hebatnya, kami berdua tidak pernah membicarakan soal cinta kecuali menyuruh satu sama lain untuk cepat menikah atau punya pacar. kami selalu meributkan sesuatu yang kecil, sering bertengkar, mengejek tapi tetap akrab sampai saat ini. kadang kala kami bahkan sms untuk mengajak bertengkar karena kami sama-sama single, jadi sering sendirian, tidak rame kalau tidak bertengkar dengan dia .
kedekatan kami mungkin karena kami saling menghormati satu sama lain, kami berbeda agama namun dari perbedaan itu kami bisa saling menghargai, saling berbagi.
hah, mungkin ini lah rasanya bagaimana kalau dua tulang rusuk kita berada di tempat yang salah. salah karena kami berbeda, salah karena kami mempunyai cara berbeda dalam menyembah sang maha Pencipta.
namun, saya sadar bahwa cinta tidak perlu dikatakan, mencintai seseorang adalah  hak kita, dicintai bukanlah hak kita. jadi, tetaplah mencintai walaupun dia tidak tau, tetaplah menunggu dengan baik, cinta akan mengejarmu jika kamu baik.
jadilah baik agar kamu dicintai, cintailah apa yang menurutmu cantik di pikiran, imut di hati dan cerah di mata...hahha
tunggulah cinta, dia akan mengejarmu....
salam hangat dari bintaro...