Selasa, September 20, 2011

Jangan melihat gajah terlalu dekat...!!!eergh


           Seseorang, entah siapa, pernah melontarkan peribahasa yang menurut saya sangat super benar sekali, tidak bisa saya bantah dengan akal pikiran walaupun saya sudah berpikir keras untuk membantahnya dan akhirnya saya menyerah untuk memikirkannya dan tiba-tiba saya teringat dengan peribahasa tersebut, hari ini dikantor saya yang tentu saja libur (21/05/2011).
Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan, semut di seberang lautan nampak. Begitulah kira-kira bunyinya, kalau saya tidak salah mendengar waktu itu. Maklum, ingatan saya sedikit lemot karena kepala saya sering saya tepok kalau ada nyamuk hinggap di jidat saya.
           Oke, mari ke topik pembicaraan, Kenapa gajah tidak kelihatan walaupun di pelupuk mata? Saya teringat lagi waktu menulis ini, sebuah cerita tua, entah kapan cerita ini dibuat. Seorang buta disuruh memegang belalai gajah dan dia disuruh mendeskripsikan (maaf kalau salah tulisannya, kata itu dah sulit diucapkan, sulit pula ditulis) bagaimana bentuk gajah itu dan dia berkata, “seperti ular bentuk gajah itu”. Ya, emang seperti ular namun belalainya.
Andai saja gajah itu kecil, si buta tentu saja bisa meraba bagaimana bentuk gajah dalam sekali raba, namun apadaya, berkat rumput (saya tidak tau pasti apakah gajah makan rumput atau tidak) dan daun-daunan yang banyak, gajah mampu tumbuh besar dan hanya sebagian kecil yang dapat diraba oleh si buta tadi.
         Yak, besar dan mata kita tidak mampu melihat seekor gajah kalau dia terlalu dekat di mata kita. Jika kamu melihat gajah terlalu dekat, kamu hampir dipastikan tidak akan melihat gajah itu secara utuh, mungkin saja kamu akan melihat telinganya saja atau belalainya saja atau malah cuma kakinya yang gede’ itu. Jadi, jangan melihat gajah terlalu dekat dan nikmati sosok gajah dari jarak yang cukup ideal agar kita bisa menangkap sosok gajah tersebut. Dan saya kira, seekor gajah yang besar itu belum pernah melihat ekornya sendiri.
           Begitulah dengan diri kita, karena kita yang lebih dekat dengan diri kita, jarang sekali kita bisa melihat diri kita secara utuh. Kita sering menilai bahwa diri kita sudah baik, sudah benar dan lain-lain. Kita butuh orang lain untuk menerangkan bagaimana kita ini sebenarnya, bagaimana kelakuan kita, sopan santun kita dan wajah kita. Jadi, terimalah kritikan dan pujian dengan lapang dada, mungkin saja apa yang mereka katakan tentang kita adalah sebuah kebenaran dan kita bisa menjadi itu bahan perbaikan untuk kita. Dan seuah khayalan konyl saya tumbuh, andai saja gajah bisa berbicara dan bertanya bagaimana bentuknya, dia bakalan diet besar-besaran.
Tetaplah belajar untuk memperbaiki diri dan berharaplah masih ada esok pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar